Tomas
Rene Descartes mengatakan De Omnibus Dubitandum, artinya segala
sesuatu harus diragukan. Inilah kira-kira sikap hidup dari salah
seorang murid Yesus yang bernama Didimus, atau kita lebih kenal
dia dengan Tomas. Dilihat dari porsi penulisan di Alkitab,
terutama Perjanjian Baru, sebenarnya Tomas bukan seorang
murid yang menonjol. Dibandingkan dengan Petrus, Andreas dan
Yudas Iskariot maka Tomas kelihatannya kurang begitu
berperan, ia ibarat seorang pemain figuran dalam sebuah film
bukan pemain utamanya, namanya muncul dalam kitab Injil
hanya beberapa kali saja. Ia ibarat seorang pelayanan yang
dibelakang layar, kalau di gereja barang-kali pelayanannya
di bidang Sound system, bukan sebagai pemimpin Liturgi atau
Paduan Suara.
Nama Tomas itu hanya dicatat oleh pengarang kitab Injil
Sinoptik dalam daftar silsilah saja. Hanya Yohanes yang
menulis dengan porsi yang lebih banyak tentang Tomas, yakni
ada tiga kejadian yang cukup menarik dan terkenal. Tomas
adalah seorang dari 12 murid Yesus. Dalam daftar murid yang
disusun menjadi tiga kelompok, masing - masing 4 orang,
nama Tomas terdapat dalam kelompok kedua (Matius 10:2-4, Mrk
3:16-19; Luk 6:14-16; Kis 1:13). Dalam Mat 10:3 ia
dihubungkan dengan Matius, sedangkan dalam Kisah 1:13 dengan
Filipus. Nama Tomas berasal dari bahasa Aram te-oma', artinya
"Anak Kembar". Yohanes tiga kali memakai terjemahan
Yunaninya yaitu "Didimus" (lih Yoh 11:16; 20:24; 21:2). Kita
tidak tahu siapa kembarannya itu. Tradisi Siria dan Mesir
menyebut namanya Yudas.
Yohanes
mencatat bahwa Tomas siap menemui Yesus pergi ke kuburan
Lazarus, dan barangkali ke jantung maut, yaitu tangan orang Yahudi
(Yoh 11:6). Ia mengaku tidak memahami kemana Yesus
hendak pergi, tatkala Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya perihal
kepergian-Nya yang akan datang (Yoh 14:5). Peristiwa penting
yang membuat dia terkenal dan menjadikan dia disebut "Tomas
yang tidak percaya", ialah ketidakpercayaannya bahwa Yesus
bangkit. Waktu Yesus menampakkan diri kepada murid-murid yang
lain, Tomas alpa (Yoh 20:24), dan kemudian berkata bahwa ia
membutuhkan bukti riil dan yang dapat diraba mengenai
kebangkitan itu. Seminggu kemudian Yesus menampakkan diri
lagi kepada murid-murid termasuk Tomas untuk menyaksikan
kenyataan tubuhNya. Pengakuan Tomas: "Tuhan-ku dan Allah-ku"
(Yoh 20:28) merupakan puncak Injil Yohanes; dijanjikan ada
berkat bagi orang-orang yang percaya tanpa dasar
penglihatan.
Setelah kita mengenal
sepintas tentang Tomas ini, mari kita coba melihat lebih
dalam tentang bagaimana kehidupannya yang sungguh-sungguh
dengan Tuhan. Apakah benar ia seorang yang ragu-ragu? Apakah
ia seorang penakut? Penulis mencatat ada tiga poin penting
yang akan kita pelajari :
1. Tomas Menjadi Berani di Saat Ketakutan
Coba
kita perhatikan kembali Yohanes 11:3, di sini diceritakan
bahwa Lazarus kerabat akrab Yesus yang tinggal di Betania itu sedang
sakit (perhatikanlah bahwa jarak antara Yerusalem dan Betania
diperkirakan 3 Km). Lalu kalau kita melihat ayat 7b, ketika
Yesus sudah mendengar berita tentang Lazarus sudah mati
maka IA mulai mengajak murid-murid-Nya kembali ke Yudea.
Namun kita bisa tebak bahwa para murid keberatan ke sana,
kata mereka, "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba
melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?".
Pertanyaan ini cukup logis dan masuk akal, sebab apabila
mereka kembali ke Yudea, itu berarti mencari masalah baru,
agak kasar kita katakan mereka mau mencari mati, ya nggak
apa-apa ke sana? Kemungkinan besar mereka bisa dibunuh di
sana sebab kejadian beberapa waktu yang lalu Yesus nyaris
saja dibunuh ditempat itu. Sekarang mereka harus kembali ke
sana, apa-apaan ini. Ibarat kita membuat program gereja
pada tahun ini, Retreatnya di Ambon atau di Aceh. Saya yakin
yang mau ikut bisa dihitung dengan jari, sebab semuanya
pstio berpikir dua kali, keamanan di sna belum bias
terjamin. Ini salah satu contoh yang ekstrim seperti yang
dialami oleh Tuhan Yesus.
Tanpa diduga di ayat 16, Tomas mengatakan, "Marilah kita pergi juga mati bersama-sama Dia."
Kelihatannya diantara murid-murid, Tomaslah yang paling
peka mengetahui Guru-Nya segera mati, namun heran justru
Tomas yang paling lamban percaya bahwa Yesus sudah bangkit.
Kabar suka-cita dari Petrus bahwa mereka telah melihat Yesus
bangkit tidak dipercayainya. Ayat ini jelas sekali
menyatakan bahwa Tomas ibarat pahlawan yang penuh pasrah;
tatkala ia kepepet dan terpojok. Di tengah-tengah
ketakutan, telah lahir sikap pemberani dari seorang anak
manusia.
Saya masih ingat benar tatkala
kami kuliah di Seminari Alkitab Asia Tenggra, Malang. Di
Kampus dipelihara seekor anjing, cukup galak; diberi nama
Doty. Saya sendiri tidak familiar dengan Doty sehingga
apabila ia dilepas maka saya tidak berani turun ke lapangan basket
sebab di sana ia berkeliaran, terus terang saya takut dicokot.
Saya heran, Doty ini paling senang cokot pantatnya orang,
ada dua orang yang saya kenal sudah menjadi korban, yang
satu sekarang hamba Tuhan yang pernah pelayanan di Bali dan
yang satu lagi seorang ibu, hamba Tuhan yang waktu itu kita
undang dari Bandung sebagai pengkhotbah tamu. Dasar Doty
tidak bisa membedakan mana yang tamu dan tuan rumah, tentu
kita cukup malu.
Seperti biasanya
setiap pukul 23.00 WIB Doty itu dilepas dan pagi-pagi jam
05.00 WIB dimasukkan kembali ke kandang. Biasanya pagi-pagi
jam 04.00 WIB sudah ada teman-teman bangun lalu Jogging
pagi, nah kebetulan ada seorang teman namanya Agus, orangnya agak
lucu, tubuhnya pendek dan kepalanya selalu dipangkas Gundul.
Beliau memberi singkatan namanya sendiri Agus yakni "Agak
Gundul Sedikit". Waktu itu kira-kira pukul 04.30 WIB beliau
baru turun dari Asrama Putra hendak olah raga pagi, namun
tiba-tiba ia dikejar oleh Doty ini, dan kejarannya cukup
serius sehingga ia lari pontang panting.
Nah celakanya Agus ini lari menuju tembok, jadi ia
menghadapi jalan buntu. Tatkala ia sudah kepepet di tembok
Doty tetap saja mengejar dan mau mencokot, maka Agus ini
tidak hilang akal, sekarang ia nekad dan berbalik balik
mengejar si Doty, ternyata Doty ini justru yang kehilangan
nyali, Doty lari pontang-panting. Inilah suatu pengambilan
keputusan yang cukup penting dari teman saya si Agus itu,
kalau tidak maka pasti pantatnya sudah dicokot. Suatu
contoh, orang yang di tengah ketakutan dan penuh ketakutan
sampai tidak ada jalan lain lagi ia akan menjadi nekad. Tapi
sebaliknya, jikalau kita membiarkan diri kita di dalam ketakutan
terus menerus, maka kita akan terbuai dengan ketakutan itu. Mari
kita belajar dari Tomas, untuk menang di dalam di dalam
ketakutan.
Menang di dalam ketakutan
bukan berati membabi buta. Seperti Tuhan Yesus
mengajarkannya, kita harus "Cerdik seperti Ular, namum tulus
seperti merpati". Kedua-duanya ini saling berhubungan,
tidak bisa dipisahkan. Sebab apabila kita "Cerdik tok, maka
berbahaya; kita akan menjadi penipu; namun kalau kita "Tulus
tok, juga bahaya, kita bisa ditipu. Oleh sebab itu
"Cerdiklah seperti ular dan tulus seperti merpati.
2. Tomas Menjadi Ragu di Saat Ketidakpastian
Ketika pada hari yang ke tiga Tuhan Yesus bangkit dari
kubur, IA menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Secara
kebetulan Tomas tidak ada dalam pertemuan itu. Oleh sebab
itu murid-murid Yesus menceritakan kepada Tomas kejadian
yang menarik ini. Bagi Tomas, kesempatan melihat Tuhan Yesus
adalah suatu kesempatan yang sangat berharga. Ia
seakan-akan merasa sangat menyesal mengapa tidak hadir dalam
pertemuan tersebut. Berkatalah Tomas untuk menghibur diri
sendiri : "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan
sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan
mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku
tidak akan percaya" (baca Matius 20:25).
Tomas mengatakan "Ou me pisteuso" yang artinya "Saya
tidak mau dan tidak dapat percaya". Kalimat inilah yang keluar
dari mulut bibir Tomas dan ini menunjukkan betapa kerdil iman
percayanya terhadap kata-kata Yesus yang pernah disampaikan kepada
mereka beberapa hari yang lalu. Karena ketidakpercayaannya
itu juga Tomas harus hidup selama seminggu dalam
kebimbangan.
Bagi Tomas orang
satu-satunya yang dapat menjadi tempat bersandar sudah
tiada, ditambah kematian Tuhan Yesus yang cukup mengenaskan,
disalibkan di atas kayu salib. Bagaimana mungkin IA dapat begitu
cepat bangkit dan menampakkan diri? Padahal yang menceritakan
hal ini semua rekan-rekannya, tetap saja ia ingin bukti atau
melihat dengan mata kepala sendiri.
Saudara, Yesus yang kita sembah dan yang disembah oleh
murid-murid Yesus, adalah Yesus sumber kesabaran dan Kasih,
itulah sebabnya IA menyatakan kemurahan terhadap Tomas dan
menampakkan diri-Nya sekali lagi dihadapan murid-murid-Nya,
terutama kepada Si Tomas yang sampai saat ini tidak percaya
itu. IA berkata: "Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya" (Yohanes 20:29). Sayang, Tomas telah beroleh
kemurahan dari Tuhan, namun ia rugi karena ia tidak
menerima berkat seperti yang diterima oleh kesepuluh murid lainnya.
Hari ini kita sering kali seperti Tomas, kita bahkan sudah
menyaksikan mujizat Allah, tetapi masih memiliki iman
seperti Tomas. Ketika segala masalah kita sudah dibereskan
Tuhan, ketika sakit-penyakit yang kita hadapi disembuhkan,
ketika keluarga kita dipersatukan kembali, ketika keuangan
kita dipulihkan, dan banayak hal yang terjadi diluar dugaan
kita. Masihkah kita seperti Tomas mau minta bukti untuk
sekali lagi. Namun syukurlah Tomas masih beroleh kemurahan
dari Kristus, ia sadar karena ketidak-percayaannya dan
ketidak-setianya mengikuti Kristus. Itulah sebabnya setelah
kejadian itu Yesus masih perlu dua kali memperlihatkan Diri
kepadanya dua kali yakni di Danau Tiberias dan pada saat IA
akan naik ke surga (Lihat Yohanes 21:2 dan Kisah Para rasul
1:1-13).
Saya harap kita semua tidak
sampai begitu keras hati dan penuh keraguan seperti Tomas.
Cukuplah Alkitab yang kita baca menjadi pedoman kepercayaan
kita. Memang benar dunia penuh ketidakpastian. Siapa sangka
mobil diparkir sebentar diluar pagar digondol maling? Siapa
sangka disepanjang-perjalanan kota Surabaya yang tenang,
sunyi, sepi; tiba-tiba muncul bonek yang menghancurkan kaca-kaca
mobil. Para menteri yang baru duduk jabatan kurang lebih empat
bulan itu penuh dengan ketidakpastian. Salah ngomong, salah
mengambil keputusan, posisinya bisa dicopot. Hanya Yesus
yang penuh kepastian, bahkan IA bangkit dari dari kubur,
samapi-samapi membuat Tomas tidak percaya.
3. Tomas Menjadi Teguh di Saat Akhir Hidupnya
Bagi
Tomas peristiwa penampakan Tuhan Yesus secara langsung pada
dirinya merupakan suatu penemplakan mutlak yang sangat dahsyat yang
sekaligus menyadarkan dirinya. Selama ini Tomas begitu keras
mempertahankan argumentasinya, harus lihat sendiri baru
percaya. Kalau orang yang menceritakan jangan harap untuk
mempercayainya. Itulah sebabnya Yesus merasa perlu
memperlihatkan Diri kepadanya.
Di
tempat yang sama, Yesus hadir lagi dalam pertemuan para murid.
Yesus mengatakan "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah
tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engakau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas
menjawab Dia, "Ya Tuhanku dan Allahku". Suatu pengakuan
Tomas yang jujur, dan ini meneguhkan Tomas sampai akhir riwayat
hidupnya.
Menurut tradisi,
Tomas akhirnya menjadi penginjil yang mengabarkan Injil di
Persia, Parthia dan India serta wilayah-wilayah sekitarnya.
Di indialah ia mati syahid, ia mati dilembing imam-imam berhala dan
dikuburkan oleh orang-orang percaya di Madras, di atas sebuah
bukit yang disebut "Bukit Rasul Tomas". Setiapa tanggal 21
desember diperingati oleh gereja-gereja Latin sebagai hari
perkabungan atas kematian Tomas. Gereja-gereja Yunani
memperingatinya pada tanggal 6 Oktober. Sedangkan gereja Tuhan di
India memperingatinya pada setiap tanggal 1 Juli. Orang-orang
percaya Syria percaya bahwa Tomaslah pendiri gereja mereka.
Saudara, bagaimana iman kepercayaan kita saat ini. Yesus
yang kita percaya selama ini apakah hanya disekitar mulut
kita atau hati kita yang terdalam? Kalau hanya di sekitar
mulut kita, maka tatakala kita sakit gigi kita tidak dapat
lagi percaya kepada-Nya.
Gilbert Frank
menceritakan tentang seorang kawannya, seorang opsir dalam
perang 1914-1918. Opsir pengamanan artileri tugasnya ialah
untuk naik ke udara dengan balon yang mudah tertangkap dan memberi
isyarat kepada para penembak meriam, apakah peluru mereka tepat
menegnai sasaran atau tidak. Ini merupakan tugas yang paling
berbahaya yang dapat diberikan. Oleh karena balon itu mudah
tertangkap dan tidak ada kemung untuk mengelakkan diri; dia
merupakan sasaran mati dari meriam-meriam dan
pesawat-pesawat udara musuh. Gilbert mengatakan tentang
kawannya itu: "Tiap kali saya naik ke udara di dalam balon
itu, saya merasa gelisah sekali, akan tetapi saya tidak mau
meninggalkannya."
Lalu seoarang
penafsir Alkitab William Barclay mengatakan "Inilah bentuk
keberanian yang tertinggi, di saat penuh ketakutan masih
berani mempertahankan diri"
Pengalaman
yang dialami oleh Tomas sekaligus meneguhkan dia menjadi
pelayan Tuhan yang sejati. Pertanyaan bagi kita semua, apakah kita
memerlukan pengalaman-pengalaman yang dahsyat untuk membuat kita
lebih percaya?? Apakah perlu kita dibantai Tuhan
habis-habisan baru kita percaya kepada-Nya??