MODEL TRANSENDENTAL
Teologi
kontekstual dengan model transendental adalah
teologi yang berdiri atas pengalaman subjek yang menjadi inspirasi bagi
seseorang. Model transendental berkarya melalui sebuah metode yang serentak
berciri simpati dan antipati. simpati,dalam arti bahwa seseorang pribadi yang
memiliki integritas bisa belajar banyak dari pribadi lain yang juga memiliki
integritas yang bersal dari konteks. Antipati dalam arti bahwa apabila sesorang
menganalisis mengapa ia menolak atau merasa tidak tertarik terhadap suatu cara
berteologi tertentu, maka ia sudah mengambil langka pertama untuk berteolgi
secara kontekstual. Model transendental memiliki suatu cara berteolgi yang baru
dengan penekanan pada teologi sebagai aktvitas dan proses teologi sebagai suatu
isi atau kandungan tertentu, ia secara tepat menandaskan bahwa teologi bukan
ihwal menemukan jawaban-jawaban yang tepat yang ada dalam bidan transkultural
tertentu, melainkan perkara pencarian secara saksama dan penuh gairah terhadap
autensitas dari ungkapan jati diri agama dan budaya seseorang.
Model
ini mengacu pada pengalaman pribadi seseorang dengan melihat kebiasaan, atau
cara yang dilakukan dengan menimbulkan adanya rasa ketertarikan untuk berbuat
demikian. Sehingga terkadang banyak orang dengan melihat tindakan nyata atau
realita yang terjadi pada sebuah konteks menginspirasi seseorang menjadikan
diri sama dengan apa yang dilihatnya.
Kasus pertama: tanaman seorang ibu
dan Anaknya
Seorang
ibu rumah tangga bersama dengan anaknya menanam tanaman jangka pendek didalam
pot di samping rumahnya. Ketika proses penanaman itu, banyak orang yang awalnya
tidak menghiraukan dan hanya menganggap bahwa hasilnya akan kurang memuaskan, namun
seiring dengan berjalannya waktu tanaman yang ditanam oleh ibu bersama dengan
anaknya itu, memperoleh hasil yang sangat baik. Setiap orang yang melihat akan
usaha yang dilakukan oleh ibu bersama anaknya itu terinspirasi untuk melakukan
hal yang sama, sehingga dari kejadian tersebut kebanyakan orang yang telah
melihat juga mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh ibu bersama dengan
anaknya.
Kasus kedua : Kesaksian akan
pengalaman hidup seorang pemuda
Seseorang pemuda memiliki pengalaman
hidup yang sangat buruk, pekerjaannya hanyalah mabuk-mabukan, berjudi, keluyuran
dan melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya pusing akan tindakan dan
kelakuanya setiap hari. Pemuda tersebut tidak perna merasa tentram dengan kedua
orang tuanya, karena selalu bertengkar. Orang tuanya selalu menasehatinya untuk
bisa melakukan sesuatu yang berguna dan dipandang baik oleh semua masyarakat,
apa lagi pada waktu itu orang tuanya adalah seorang majelis dalam jemaat. Pada
suatu hari pemuda tersebut datang ke gereja karena diajak oleh salah satu
temannya yang aktif dalam organisasi PPGT. Pemuda tersebut melihat temannya
yang begitu mengagumkan, karena ia memiliki banyak teman, di segani oleh semua
orang, kepandaiannya dalam organisasi PPGT, hubungan orang tuanya sangat akrab
dan banyak hal yang ada pada diri teman pemuda tersebut. Hal ini membuat sang
pemuda mulai membanding-bandingkan dirinya dengan temannya yang aktif dalam
organisasi tersebut. Ada niat untuk berubah dan berkeinginan untuk sama seperti
pemuda yang mengajaknya ke gereja. Pemuda ini terinspirasi melihat pengalaman
hidup seorang temannya yang begitu ia kagumi. Ketika pemuda tersebut berniat
untuk ikut juga dalam organisasi bersama dengan teman-temannya ia mulai
menikmatinya dan perlahan-lahan ia meninggalkan kebiasaan buruknya yang membuat
orang tuanya pusing. Ia merasa bahwa inilah kehidupan yang seharusnya menjadi
cara hidup orang Kristen yang semestinya dapat menjadi teladan dan contoh dalam
kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Bahkan ia perna mengatakan bahwa
kehidupannya dulu begitu kacau namun seorang sahabat yang membawanya ke gereja
akhirnya ia mulai melihat keadaan yang dipengaruhi oleh konteks. Awalnya, ia
tidak mau membuka diri akan keadaan sekitarnya, karena merasa bahwa keadaan itu
ialah suatu keadaan yang biasa-biasa saja dan tidak ada dampaknya terhadap dirinya.
Namun seorang sahabatnya yang berbedah cara hidupnya yang memberi inspirasi,
karena melihat cara hidup yang ia lakukan yang membuatnya mengambil langkah
yang sama terhadap seseorang yang dikaguminya.
Dari kedua kasus ini semuanya berangkat dari
konteks, yang terjadi dalam setiap kehidupan kita dimana
Kesimpulan
Model
transendental dalam teologi kontekstual ialah sesuatu cara dalam berteologi
yang baru yang penekanannya pada teologi yang lebih pada suatu aktifitas dan
proses. Model ini lebih mengacuh pada dorongan yang terjadi dalam konteks untuk
melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya atau sesuatu yang membuat
keadaan seseorang merasa menemukan perubahan hidup yang sesungguhnya. Kelemahan
dari model transcendental ini ialah menyamankan pengalamn seseorang harus sama
dengan dirinya dan juga terlalu mengagungkan pengalaman pribadi. Model ini juga
terlalu abstrak dan terlalu ideal untuk dilakukan.
Terima Kasih Telah Membaca semoga Bermamfaat..!
0 comments:
Post a Comment