Wednesday, September 12, 2018

Teologi Kontekstual Model Transendental



MODEL TRANSENDENTAL


Teologi kontekstual dengan model transendental adalah  teologi yang berdiri atas pengalaman subjek yang menjadi inspirasi bagi seseorang. Model transendental berkarya melalui sebuah metode yang serentak berciri simpati dan antipati. simpati,dalam arti bahwa seseorang pribadi yang memiliki integritas bisa belajar banyak dari pribadi lain yang juga memiliki integritas yang bersal dari konteks. Antipati dalam arti bahwa apabila sesorang menganalisis mengapa ia menolak atau merasa tidak tertarik terhadap suatu cara berteologi tertentu, maka ia sudah mengambil langka pertama untuk berteolgi secara kontekstual. Model transendental memiliki suatu cara berteolgi yang baru dengan penekanan pada teologi sebagai aktvitas dan proses teologi sebagai suatu isi atau kandungan tertentu, ia secara tepat menandaskan bahwa teologi bukan ihwal menemukan jawaban-jawaban yang tepat yang ada dalam bidan transkultural tertentu, melainkan perkara pencarian secara saksama dan penuh gairah terhadap autensitas dari ungkapan jati diri agama dan budaya seseorang.
Model ini mengacu pada pengalaman pribadi seseorang dengan melihat kebiasaan, atau cara yang dilakukan dengan menimbulkan adanya rasa ketertarikan untuk berbuat demikian. Sehingga terkadang banyak orang dengan melihat tindakan nyata atau realita yang terjadi pada sebuah konteks menginspirasi seseorang menjadikan diri sama dengan apa yang dilihatnya.
Kasus pertama: tanaman seorang ibu dan Anaknya
Seorang ibu rumah tangga bersama dengan anaknya menanam tanaman jangka pendek didalam pot di samping rumahnya. Ketika proses penanaman itu, banyak orang yang awalnya tidak menghiraukan dan hanya menganggap bahwa hasilnya akan kurang memuaskan, namun seiring dengan berjalannya waktu tanaman yang ditanam oleh ibu bersama dengan anaknya itu, memperoleh hasil yang sangat baik. Setiap orang yang melihat akan usaha yang dilakukan oleh ibu bersama anaknya itu terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, sehingga dari kejadian tersebut kebanyakan orang yang telah melihat juga mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh ibu bersama dengan anaknya.  

Kasus kedua : Kesaksian akan pengalaman hidup seorang pemuda
            Seseorang pemuda memiliki pengalaman hidup yang sangat buruk, pekerjaannya hanyalah mabuk-mabukan, berjudi, keluyuran dan melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya pusing akan tindakan dan kelakuanya setiap hari. Pemuda tersebut tidak perna merasa tentram dengan kedua orang tuanya, karena selalu bertengkar. Orang tuanya selalu menasehatinya untuk bisa melakukan sesuatu yang berguna dan dipandang baik oleh semua masyarakat, apa lagi pada waktu itu orang tuanya adalah seorang majelis dalam jemaat. Pada suatu hari pemuda tersebut datang ke gereja karena diajak oleh salah satu temannya yang aktif dalam organisasi PPGT. Pemuda tersebut melihat temannya yang begitu mengagumkan, karena ia memiliki banyak teman, di segani oleh semua orang, kepandaiannya dalam organisasi PPGT, hubungan orang tuanya sangat akrab dan banyak hal yang ada pada diri teman pemuda tersebut. Hal ini membuat sang pemuda mulai membanding-bandingkan dirinya dengan temannya yang aktif dalam organisasi tersebut. Ada niat untuk berubah dan berkeinginan untuk sama seperti pemuda yang mengajaknya ke gereja. Pemuda ini terinspirasi melihat pengalaman hidup seorang temannya yang begitu ia kagumi. Ketika pemuda tersebut berniat untuk ikut juga dalam organisasi bersama dengan teman-temannya ia mulai menikmatinya dan perlahan-lahan ia meninggalkan kebiasaan buruknya yang membuat orang tuanya pusing. Ia merasa bahwa inilah kehidupan yang seharusnya menjadi cara hidup orang Kristen yang semestinya dapat menjadi teladan dan contoh dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Bahkan ia perna mengatakan bahwa kehidupannya dulu begitu kacau namun seorang sahabat yang membawanya ke gereja akhirnya ia mulai melihat keadaan yang dipengaruhi oleh konteks. Awalnya, ia tidak mau membuka diri akan keadaan sekitarnya, karena merasa bahwa keadaan itu ialah suatu keadaan yang biasa-biasa saja dan tidak ada dampaknya terhadap dirinya. Namun seorang sahabatnya yang berbedah cara hidupnya yang memberi inspirasi, karena melihat cara hidup yang ia lakukan yang membuatnya mengambil langkah yang sama terhadap seseorang yang dikaguminya.
 Dari kedua kasus ini semuanya berangkat dari konteks, yang terjadi dalam setiap kehidupan kita dimana
Kesimpulan
Model transendental dalam teologi kontekstual ialah sesuatu cara dalam berteologi yang baru yang penekanannya pada teologi yang lebih pada suatu aktifitas dan proses. Model ini lebih mengacuh pada dorongan yang terjadi dalam konteks untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya atau sesuatu yang membuat keadaan seseorang merasa menemukan perubahan hidup yang sesungguhnya. Kelemahan dari model transcendental ini ialah menyamankan pengalamn seseorang harus sama dengan dirinya dan juga terlalu mengagungkan pengalaman pribadi. Model ini juga terlalu abstrak dan terlalu ideal untuk dilakukan. 

Terima Kasih Telah Membaca semoga Bermamfaat..!
             

0 comments:

Post a Comment