A.
PENDAHULUAN
Surat
ibrani pasal 6 berakhir dengan pernyataan bahwa yesus telah dijadikan imam untuk
selam-lamanya menurut peraturan melkisedek keimamam itulah yang kemudian
menjadi ciri paling khas dalam surat ibrani. Dibalik gagasan ini,terdapat juga
cara berfikir dan berdiskusi dan menggunakan kitab suci yang asing bagi kita
masa kini, tetapi harus kita coba mengerti.
Kita
harus melihat hal-hal umum yang merupakan titik tolak dari surat ibrani yaitu
:Agama adalah pendekatan terhadap Allah, dan dalam pendekatan terhadap Allah
itu diperlukan dua hal yaitu :[1]
1. Hukum,
gagasan pokoknya adalah selama manusia dengan setia melakukan perintah hukum
itu, maka ia berada dalam hubungan persahabatan dengan Allah dan pintu terbuka
baginya untuk datang kepadaNya, begitupun sebaliknya, manusia tidak dapat
menaati hukum dan karena itu persekutuan dengan Allah dan usaha pendekatannya
kepadaNya menjadi terganggu.
2. Untuk
menghadapi keterasingan manusia itulah yang kemudian diperlukan imamat dan
seluruh sistem korban. Imam berasal dari bahasa latin yaitu pontifex yang berarti seorang pembuat jembatan. Seorang imam
adalah seorang pembuat jembatan antara manusia dengan Allah dengan memakai
sistem korban untuk menebus dosa dari setiap dosa yang dilakukan oleh manusia
melalui perantaraan imam.
Itulah
teorinya tetapi yang menjadi kenyataan bahwa tidak semua usaha oleh imamat dan
semua korban dapat memperbaiki hubungan yang putus itu dan dari hal itulah
kemudian penulis surat ibrani berpendapat bahwa yang sekarang diperlukan adalah
imamat yang baru daripada imamat yang terdahulu dan korban baru yang
benar-benar efektif dan dalam hal inilah kemudian penulis surat ibrani
berpendapat bahwa Yesus Kristulah satu-satuNya imam yang dapat membuka jalan
menuju Allah.
B.
TAFSIRAN
Ayat 1,
awal dalam pasal ini adalah menjelaskan siapa sebenarnya Melkisedek itu dengan
jelas Alkitab mengatakan bahwa “raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi”.[2] Dalam
bahasa Yunani menggunakan kata “βασιλεὺς Σαλήμ ” yang berarti seorang Raja Salem[3]. Dave
Hadelberg sendiri memberikan defenisi tentang Melkisedek
secara etimologi, yaitu Melkisedek berasal dari kata “Melki” yaitu “Raja” dan
“Sedek” berarti “kebenaran”. Melkisedek adalah seorang Imam yang sangat
berkualitas, hal itu sangat jelas yaitu ayat 1-3, menjelaskan segi pribadi dari
Melkisedek dan 4-10 adalah segi hubungannya dengan lewi dan Abraham.[4]
Warren sendiri memberikan sebuah penjelasan khusus mengenai jabatan Melkisedek
itu sendiri dengan mengatakan “dalam peraturan perjanjian lama, tahta dan
mezbah itu tidak dapat dipisahkan dan orang-orang yang mencoba mengambil alih
pekerjaan Imam itu akan dihukum mati, namun berbeda dengan Melkisedek, seorang
imam yang memegang dua jabatan itu sekaligus yaitu raja dan imam bahkan harun
sekalipun tidak mendapat gelar yang seperti itu dan dari hal itulah kemudian
kita dapat melihat bahwa Melkisedek adalah Imam Allah yang maha Tinggi dan
bukan Imam yang palsu (Kej 14:18,22).[5] Bob
Utley sendiri memberikan alasan Melkisedek digunakan sebagai jenis imamat Yesus
karena :[6]
1. Abraham
mempersembahkan persepuluhan kepadanya (bawahan selalu memberi
perpuluhan
kepada atasan) dan oleh hermeneutika kerabian Levi juga menerima perpuluhan
(lih. ay. 4-9)
2. Orang
tuanya tidak terdaftar, hingga teologia kerabian mengatakan dia tanpa orang tua
dan dengan demikian kekal (lih. ay 3; maz 110:4 b)
3. Ia
adalah pemimpin di kota kemudian menjadi kota kudus, Yerusalem (Salem, lih. Kej
14:18)
4. Ia
seorang imam Allah Yang Mahatinggi (yaitu, El Elyon, lih. Kej 14:18)
5. Ia
memungkinkan penulis untuk mendirikan sebuah imamat yang sah terpisah dari
Imamat Lewi.
Ayat
2,
nama Melkisedek berarti Raja kebenaran, kata salem berarti Damai sejahtera
(dari bahasa Ibrani shalom) oleh karena itu Melkisedek adalah raja damai
sejahtera dan juga raja kebenaran.
Ayat
3, disini menceritakan tentang asal-usul
Melkisedek. Sebagai seorang manusia, seharusnya mempunyai asal-usul (Ayah dan
Ibu) tetapi justru dalam hal ini Melkisedek dikatakan bahwa dia tidak mempunyai
bapa dan ibu. Hal itu terjadi karena dalam sepanjang Perjanjian Lama, tidak ada
yang mencatat tentang silsilah dirinya. Apalagi buat seorang Imam sangat
penting sekali untuk mengetahui asal-usul. Melkisedek bukanlah Malaikat dan
juga bukan perwujudan dari Yesus Kristus tetapi dia hanyalah raja yang sejati
dan juga Imam sejati. Dengan demikian, dari hal ini kita bisa mengatakan bahwa
Melkisedek merupakan gambaran dari Tuhan Yesus, Anak Allah yang kekal.
Ayat
4, pada ayat ini, sebenarnya Paulus mau
memberikan penjelasan tentang bagaimana Besar dan Masyurnya Melkisedek, hal itu
terlihat dari Fakta bahwa Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepada Melkisedek dan juga yang lebihnya lagi adalah
bahwa Melkisedek memberkati Abraham disini mau mengungkapkan bahwa Melkisedek
itu lebih besar daripada Abraham hal itu ditunjukkan dengan pemberkatan yang
dilakukan oleh Melkisedek (Ibr 7:7), dengan hal yang dilakukan oleh Melkisedek
itulah, maka Abraham meneguhkan kebesaran Melkisedek.[7]
Ayat
5 dan 6, Disini dua ayat itu sangat
bertentangan, ayat 5 berbicara tentang bagaimana keturunan Lewi yang menerima
jabatan sebagai Imam memungut persembahan persepuluhan dari kaum Israel sendiri
artinya bahwa Mereka memungut persepuluhan sebagai berdasarkan hukum yang
berlaku pada saat itu sedangkan pada ayat 6 berbicara tentang pemungutan
persembahan persepuluhan kepada Melkisedek itu sendiri padahal Melkisedek
sendiri tidak mempunyai latar belakang keturunan dari mereka, tetapi yang
melatar belakangi hal itu terjadi bukan karena adanya tuntutan hukum seperti
yang dilakukan oleh kaum Israel tetapi atas wewenang pribadi yang ada pada
Melkisedek itu sendiri.[8]
Terima Kasih Telah Membaca, Semoga Bermamfaat !
[1] Wiiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Surat Ibarani
(Jakarta:BPK Gunung Mulia.2006) Hal 91
[2] Lembaga Alkitab Indonesia.Jakarta.2014
[3] Salem
(dalam bahasa Ibrani Shalom) berarti damai sejahtera (ada hubungannya denga
Yerusalem) dengan nama itulah, mau mengingatkan kita pada Mesias, Anak Allah
yang dijanjikan (Yes 9:6)
[4] Dave Hadelberg.Tafsiran Ibrani dari bahasa Yunani.(Bandung:Yayasan
Kalam Hidup.1999) Hal 40-41
[5] Warren W. Wiersbe. Yakin di dalam Kristus,(Bandung: Yayasan Kalam
Hidup.2008) Hal 107
[6] BOB UTLEY. Keunggulan Perjanjian Baru,
kumpulan komentari panduan belajar perjanjian baru Vol 10 (Texas:Bible lesson
International.1999) hal 87
[7] Warren W. Wiersbe. Hal 109-110
[8] William Barclay. 95-96
0 comments:
Post a Comment