MATIUS 13:44-46
“Perumpamaan Tentang
Harta Terpendam Dan Mutiara Yang Berharga”
A.
Pendahuluan
Perumpamaan
ini kedengarannya aneh bagi kita, tetapi sangat lazim bagi masyarakat Palestina
pada zaman Yesus, dan bahkan hingga sekarang pun perumpamaan ini menyajikan
gambaran yang dikenal baik oleh orang-orang dari dunia Timur.[1]
Pada
zaman dahulu memang ada bank, tertapi bukanlah bank yang biasa dimamfaatkan
oleh rakyat biasa. Orang kebanyakan memamfaatkan tanah sebagai tempat yang
paling aman untuk menyimpan harta yang paling berharga. Pelestina adalah
wilayah yang paling sering diperebutkan di dunia; dan ketika bahaya perang
mengancam negeri itu, sudah merupakan kebiasaan umum bagi penduduknya untuk
menyembunyikan harta milik mereka di dalam tanah sebelum melarikan diri, dengan
harapan bahwa suatu hari nanti mereka akan kembali dan mengambilnya lagi.[2]
Jadi, menyimpan sebuah benda atau harta yang berharga bagi masyarakat Yahudi
pada saat itu adalah hal yang sering dilakukan demi menjaga keaman dari orang
yang hendak mengambilnya.
Demikian
halnya dengan mutiara yang mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam hati
manusia pada saat itu. Orang ingin memiliki mutiara yang indah, bukan saja
karena nilai harganya, melainkan juga karena nilai keindahannya. Mereka
mendapatkan kepuasan hanya dengan memegang dan memandanginya. Mereka mendapat
sukacita yang estetis hanya dengan memiliki dan melihat sebutir mutiara. Sumber
utama mutira pada masa itu pantai Laut Merah tetapi seorang pedagang biasa
menyusuri pasar-pasar dunia untuk mencari mutiara-mutiara yang indah.[3] Di
sini dapat dilihat bahwa mutiara adalah hal yang paling berharga dalam
kehidupan dan itu diperoleh dengan usaha.
B.
Tafsiran
Matius 13:44-46
Pada
waktu Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya, Ia mengucapkan tiga perumpamaan,
yaitu tentang harta yang terpendam, mutiara dan pukat. Perumpamaan tentang
harta yang terpendam dan dan mutiara yang berharga biasanya disebutkan
“perumpamaan-perumpamaan kembar”, sebab makna kedua perumpamaan itu sama.[4] Menurut
pemahaman saya di sini penulis menganggap bahwa makna dari harta yang terpendan
dan mutiara sama karena kedua hal ini sangatlah berharga nilainya.
Ayat 44. Yesus
menggambarkan bahwa dalam kerajaan ada nilai dan manfaat yang sangat berharga
bagi orang-orang yang mau menerimanya dan mau memenuhi
persyaratan-persyaratannya. Kerajaan sorga itu diandaikan dengan harta yang
terpendam di ladang, yang bisa menjadi milik kita sendiri jika kita
menginginkannya.[5]
Sifat dari Kerajaan Allah itu salah satunya adalah nilai atau harganya. Metthew
Henry menjelaskan[6]:
1.
Yesus Kristus adalah
Harta Karun yang sejati; di dalam Dia terdapat segala kekayaan yang berlimpah
dan berguna, dan yang akan menjadi bagian dari kita. Seluruh kepenuhan (Kol.
1:19; Yoh. 1:16), segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol 2:3), akan
kebenaran, anugerah, dan kedamaian; semuanya itu terpendam dalam Kristus bagi
kita, dan jika kita mau mengukuti-Nya, semuanya itu akan menjadi milik kita.
2.
Injil adalah ladang
yang di dalamnya harta karun itu terpendam. Harta itu terpendam dalam firman
Injil baik PL maupun PB. Harta itu terpendam, bukan di dalam kebun yang
dipagari melainkan di dalam ladang yang terbuka. Barang siapa yang mau, biarlah
ia datang, dan menyelidiki Kitab Suci. Biarlah ia menggali di ladang ini, dan
harta yang berharga apapun yang ditemukan di dalamnya akan menjadi miliknya,
jika ia menempuh jalan yang benar.
3.
Sungguh luar biasa jika
kita bisa menemukan harta yang tersembunyi di ladang ini. Tidak terbilang
harganya. Orang yang telah menyelidiki Kitab Suci, dan menemukan Kristus dan
hidup yang kekal melaluinya (Yoh. 5:39), telah berhasil memperoleh harta karun
yang demikian di ladang ini, dan dengan begitu membuatnya berharga melebihi
apapun juga.
4.
Orang yang mengetahui
keberadaan harta ini di ladang, dan menghargainya dengan benar tidak akan
pernah merasa tenang sebelum mereka memiliki harta itu sendiri, bagaimana pun
caranya. Orang yang telah menemukan harta ini akan menyembunyikannya, supaya
tidak kehilangan harta itu (Ibr 4:1), supaya kita mencari dengan tekun (Ibr.
12:15), jangan sampai iblis menghalang-halangi kita untuk memperolehnya. Orang
tersebut bersukacita karenanya, meskipun ia belum menawarnya. Ia senang karena
ada tawaran untuk memilikinya, karena ia sudah ada di jalan yang benar untuk
mengikuti Kristus. Ia memutuskan untuk membeli ladang ini. Orang yang menerima
tawaran Injil, sesuai dengan persyaratan-persyaratan, pasti membeli ladang ini.
Mereka menjadikannya miliknya sendiri demi harta yang tidak terlihat di
dalamnya. Begitu hebatnya niat orang itu akan harta ini sehingga ia menjual
seluruh miliknya untuk membeli ladang itu. Orang yang ingin memperoleh
keselamatan dari Kristus harus bersedia berpisah dengan segalanya, dan harus
yakin dengan keputusan mereka.
Ayat 45-46. Pada
zaman Tuhan Yesus mutiara sangat berharga. Harga mutiara tergantung pada
bentuk, ukuran dan warna. Menemukan Kerajaan Surga sama seperti menemukan
sebutir mutiara. Mutiara merupakan harta milik yang paling indah disegala milik
yang lain; ini berarti hal Kerajaan Surga adalah hal yang paling indah di dunia
ini.[7] Perumpamaan
tentang mutiara yang berharga juga menyampaikan masalah harta.
Metthew
Henry menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Mutiara yang sangat berharga,
Periasan yang tak terbilang nilainya, yang akan membuat orang yang memilikinya
menjadi kaya, benar-benar kaya di hadapan Allah dengan memiliki-Nya, kita sudah
memiliki sesuatu yang dapat membuat kita bahagia sekarang dan serlamanya. Orang
Kristen sejati itu bagaikan seorang pedagang rohani, yang mencari dan menemukan
mutiara yang sangat berharga ini. Ia memutuskan untuk menjadi kaya secara
rohani, dan karena itu membeli barang yang bermilai sangat tinggi yakni
mendapatkan Yesus: ia pergi dan membeli mutiara itu. Ia tidak hanya menawarnya
tetapi ia membelinya. Apa untungnya kita mengenal Kristus, jika kita tidak
mengenal-Nya sebagai milik kita sendiri. orang yang ingin memperoleh
keselamatan dalam Kristus harus rela berpisah dengan segalanya demi Dia.[8]
Menurut
Yesus, harta yang terpendam itu dan mutiara yang sangat berharga itu seumpama
Kerajaan Allah. Apabila seseorang mulai menyadari bahwa hubungan yang baik
denga Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan adalah hal yang paling berharga, maka
orang itu rela mengorbankan segala-galanya, termasuk kehendaknya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari, untuk memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan itu.[9]
Kerajaan
Surga itu seperti harta yang yang terpendam. Kerajaan Surga itu seperti
mutiara. Keduanya menampilkan nilai yang dimiliki oleh Kerajaan Surga. Orang
yang mencari hartaa dan menginginkan mutiara karena keduanya berharga.
Berhadapan dengan Kerajaan Surga itu, orang tidak diam saja. Orang harus aktif
mengusahakan sesuatu untuk bisa menemukannya. Kerajaan itu sudah ditaburkan
oleh Allah melalui Yesus, sekarang manusia harus menemukannya dengan segala
usaha.[10]
C.
Kesimpulan
Kerajaan
Surga sama seperti Harta yang terpendam dan mutiara yang indah. Di mana Yesus
adalah harta yang sangat berharga dan dan juga Ia adalah mutiara yang sangat
indah di dunia ini. Ladang adalah Kitab Suci di mana di dalamnya akan ditemukan
harta yang berharga itu yaitu Yesus Kristus. Dan pedagang ialah orang yang
berusaha mencari mutiara yang berharga yaitu Yesus. Dan ketika menemukannya
maka ia berusaha mendapatkannya bahkan menjual segala apa yang dimilikinya
dalam artian bahwa mengorbankan segalanya demi mendapatkan Kerajaan Surga dan
ketika mendapatkannya dan memilikinya maka sukacita ada padanya. Jadi, untuk
mendapatkan Kerajaan Surga itu harus ada usaha untuk mengenal Yesus dan
menemukan dalam kitan Suci, dan kita percaya kepada-Nya maka sukacita ada di
dalam kita.
[1] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius
Pasal 11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm. 139.
[2] Ibid.
[3] Ibid, hlm. 140.
[4] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 273.
[5] Metthew Hendry, Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum,
2014), hlm. 657.
[6]Ibid.
[7] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius
Pasal 11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm. 140.
[8] Hendry, Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum,
2014), hlm. 659.
[9] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 274.
[10] Eko Riyadi, Matius: Sesungguhnya, Ia Ini Adalah Anak
Allah!, (Semarang: Kanisius, 2011), hlm. 130-131.
0 comments:
Post a Comment