Wednesday, September 12, 2018

TAFSIRAN MATIUS 13:44-46



MATIUS 13:44-46
“Perumpamaan Tentang Harta Terpendam Dan Mutiara Yang Berharga”
A.           Pendahuluan
Perumpamaan ini kedengarannya aneh bagi kita, tetapi sangat lazim bagi masyarakat Palestina pada zaman Yesus, dan bahkan hingga sekarang pun perumpamaan ini menyajikan gambaran yang dikenal baik oleh orang-orang dari dunia Timur.[1]
Pada zaman dahulu memang ada bank, tertapi bukanlah bank yang biasa dimamfaatkan oleh rakyat biasa. Orang kebanyakan memamfaatkan tanah sebagai tempat yang paling aman untuk menyimpan harta yang paling berharga. Pelestina adalah wilayah yang paling sering diperebutkan di dunia; dan ketika bahaya perang mengancam negeri itu, sudah merupakan kebiasaan umum bagi penduduknya untuk menyembunyikan harta milik mereka di dalam tanah sebelum melarikan diri, dengan harapan bahwa suatu hari nanti mereka akan kembali dan mengambilnya lagi.[2] Jadi, menyimpan sebuah benda atau harta yang berharga bagi masyarakat Yahudi pada saat itu adalah hal yang sering dilakukan demi menjaga keaman dari orang yang hendak mengambilnya.
Demikian halnya dengan mutiara yang mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam hati manusia pada saat itu. Orang ingin memiliki mutiara yang indah, bukan saja karena nilai harganya, melainkan juga karena nilai keindahannya. Mereka mendapatkan kepuasan hanya dengan memegang dan memandanginya. Mereka mendapat sukacita yang estetis hanya dengan memiliki dan melihat sebutir mutiara. Sumber utama mutira pada masa itu pantai Laut Merah tetapi seorang pedagang biasa menyusuri pasar-pasar dunia untuk mencari mutiara-mutiara yang indah.[3] Di sini dapat dilihat bahwa mutiara adalah hal yang paling berharga dalam kehidupan dan itu diperoleh dengan usaha.


B.            Tafsiran Matius 13:44-46
Pada waktu Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya, Ia mengucapkan tiga perumpamaan, yaitu tentang harta yang terpendam, mutiara dan pukat. Perumpamaan tentang harta yang terpendam dan dan mutiara yang berharga biasanya disebutkan “perumpamaan-perumpamaan kembar”, sebab makna kedua perumpamaan itu sama.[4] Menurut pemahaman saya di sini penulis menganggap bahwa makna dari harta yang terpendan dan mutiara sama karena kedua hal ini sangatlah berharga nilainya.
Ayat 44. Yesus menggambarkan bahwa dalam kerajaan ada nilai dan manfaat yang sangat berharga bagi orang-orang yang mau menerimanya dan mau memenuhi persyaratan-persyaratannya. Kerajaan sorga itu diandaikan dengan harta yang terpendam di ladang, yang bisa menjadi milik kita sendiri jika kita menginginkannya.[5] Sifat dari Kerajaan Allah itu salah satunya adalah nilai atau harganya. Metthew Henry menjelaskan[6]:
1.             Yesus Kristus adalah Harta Karun yang sejati; di dalam Dia terdapat segala kekayaan yang berlimpah dan berguna, dan yang akan menjadi bagian dari kita. Seluruh kepenuhan (Kol. 1:19; Yoh. 1:16), segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol 2:3), akan kebenaran, anugerah, dan kedamaian; semuanya itu terpendam dalam Kristus bagi kita, dan jika kita mau mengukuti-Nya, semuanya itu akan menjadi milik kita.
2.             Injil adalah ladang yang di dalamnya harta karun itu terpendam. Harta itu terpendam dalam firman Injil baik PL maupun PB. Harta itu terpendam, bukan di dalam kebun yang dipagari melainkan di dalam ladang yang terbuka. Barang siapa yang mau, biarlah ia datang, dan menyelidiki Kitab Suci. Biarlah ia menggali di ladang ini, dan harta yang berharga apapun yang ditemukan di dalamnya akan menjadi miliknya, jika ia menempuh jalan yang benar.
3.             Sungguh luar biasa jika kita bisa menemukan harta yang tersembunyi di ladang ini. Tidak terbilang harganya. Orang yang telah menyelidiki Kitab Suci, dan menemukan Kristus dan hidup yang kekal melaluinya (Yoh. 5:39), telah berhasil memperoleh harta karun yang demikian di ladang ini, dan dengan begitu membuatnya berharga melebihi apapun juga.
4.             Orang yang mengetahui keberadaan harta ini di ladang, dan menghargainya dengan benar tidak akan pernah merasa tenang sebelum mereka memiliki harta itu sendiri, bagaimana pun caranya. Orang yang telah menemukan harta ini akan menyembunyikannya, supaya tidak kehilangan harta itu (Ibr 4:1), supaya kita mencari dengan tekun (Ibr. 12:15), jangan sampai iblis menghalang-halangi kita untuk memperolehnya. Orang tersebut bersukacita karenanya, meskipun ia belum menawarnya. Ia senang karena ada tawaran untuk memilikinya, karena ia sudah ada di jalan yang benar untuk mengikuti Kristus. Ia memutuskan untuk membeli ladang ini. Orang yang menerima tawaran Injil, sesuai dengan persyaratan-persyaratan, pasti membeli ladang ini. Mereka menjadikannya miliknya sendiri demi harta yang tidak terlihat di dalamnya. Begitu hebatnya niat orang itu akan harta ini sehingga ia menjual seluruh miliknya untuk membeli ladang itu. Orang yang ingin memperoleh keselamatan dari Kristus harus bersedia berpisah dengan segalanya, dan harus yakin dengan keputusan mereka.
Ayat 45-46. Pada zaman Tuhan Yesus mutiara sangat berharga. Harga mutiara tergantung pada bentuk, ukuran dan warna. Menemukan Kerajaan Surga sama seperti menemukan sebutir mutiara. Mutiara merupakan harta milik yang paling indah disegala milik yang lain; ini berarti hal Kerajaan Surga adalah hal yang paling indah di dunia ini.[7] Perumpamaan tentang mutiara yang berharga juga menyampaikan masalah harta.
Metthew Henry menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Mutiara yang sangat berharga, Periasan yang tak terbilang nilainya, yang akan membuat orang yang memilikinya menjadi kaya, benar-benar kaya di hadapan Allah dengan memiliki-Nya, kita sudah memiliki sesuatu yang dapat membuat kita bahagia sekarang dan serlamanya. Orang Kristen sejati itu bagaikan seorang pedagang rohani, yang mencari dan menemukan mutiara yang sangat berharga ini. Ia memutuskan untuk menjadi kaya secara rohani, dan karena itu membeli barang yang bermilai sangat tinggi yakni mendapatkan Yesus: ia pergi dan membeli mutiara itu. Ia tidak hanya menawarnya tetapi ia membelinya. Apa untungnya kita mengenal Kristus, jika kita tidak mengenal-Nya sebagai milik kita sendiri. orang yang ingin memperoleh keselamatan dalam Kristus harus rela berpisah dengan segalanya demi Dia.[8]
Menurut Yesus, harta yang terpendam itu dan mutiara yang sangat berharga itu seumpama Kerajaan Allah. Apabila seseorang mulai menyadari bahwa hubungan yang baik denga Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan adalah hal yang paling berharga, maka orang itu rela mengorbankan segala-galanya, termasuk kehendaknya sendiri dalam kehidupan sehari-hari, untuk memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan itu.[9]
Kerajaan Surga itu seperti harta yang yang terpendam. Kerajaan Surga itu seperti mutiara. Keduanya menampilkan nilai yang dimiliki oleh Kerajaan Surga. Orang yang mencari hartaa dan menginginkan mutiara karena keduanya berharga. Berhadapan dengan Kerajaan Surga itu, orang tidak diam saja. Orang harus aktif mengusahakan sesuatu untuk bisa menemukannya. Kerajaan itu sudah ditaburkan oleh Allah melalui Yesus, sekarang manusia harus menemukannya dengan segala usaha.[10]
C.           Kesimpulan
Kerajaan Surga sama seperti Harta yang terpendam dan mutiara yang indah. Di mana Yesus adalah harta yang sangat berharga dan dan juga Ia adalah mutiara yang sangat indah di dunia ini. Ladang adalah Kitab Suci di mana di dalamnya akan ditemukan harta yang berharga itu yaitu Yesus Kristus. Dan pedagang ialah orang yang berusaha mencari mutiara yang berharga yaitu Yesus. Dan ketika menemukannya maka ia berusaha mendapatkannya bahkan menjual segala apa yang dimilikinya dalam artian bahwa mengorbankan segalanya demi mendapatkan Kerajaan Surga dan ketika mendapatkannya dan memilikinya maka sukacita ada padanya. Jadi, untuk mendapatkan Kerajaan Surga itu harus ada usaha untuk mengenal Yesus dan menemukan dalam kitan Suci, dan kita percaya kepada-Nya maka sukacita ada di dalam kita.



[1] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm. 139.
[2] Ibid.
[3] Ibid, hlm. 140.
[4] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 273.
[5] Metthew Hendry, Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum, 2014), hlm. 657.
[6]Ibid.
[7] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm. 140.
[8] Hendry, Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum, 2014), hlm. 659.
[9] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 274.
[10] Eko Riyadi, Matius: Sesungguhnya, Ia Ini Adalah Anak Allah!, (Semarang: Kanisius, 2011), hlm. 130-131.

0 comments:

Post a Comment