Wednesday, September 12, 2018

Etika Kristen Dalam Perjanjian Baru



Teologi Perjanjian Baru 
tentang
"ETIKA KRISTEN"
            Istilah ‘etika’ berasal dari  kata ethos (Yunani) yang artinya pemukiman, perilaku, kebiasaan, adat. Etika adalah ilmu atau studi mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Etika berbicara tantang apa yang seharusnya dilakukan  oleh manusia;  tentang apa yang benar, baik dan tepat. Yang tidak boleh dalam etika adalah yang salah, jahat dan tidak tepat.  Etika Kristen   adalah   suatu   cabang ilmu   teologi yang memajukan  masalah   tentang  apa  yang  benar, baik  dan  tepat dari  sudut   pandang    kekristenan

            Etika Kristen (PL dan PB) bersifat teologis, yang hanya dapat dimengerti dalam konteks “anugerah” Allah. Titik tolok PL adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan perintahNya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat manusia. Oleh karena itu, bentuk etika PL berkisar pada tindakan Allah dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi. Sama dgn etika PL, etika PB dirancang untuk mereka yg sudah menyambut Injil dan berikrar utk melayani Dia. Sebab itu, ajaran etika Yesus berakar dlm karyaNya sbg Juruselamat. Contohnya adalah khotbah di bukit (Matius 5-7), yang oleh sebagian ahli disebut sebagai undang-undang Kerajaan Allah.
            Khotbah di bukit ini adalah norma/ajaran etik yg hrs ditaati dan dipedomani oleh setiap orang yg sudah diselamatkan  dan hidup dalam Kerajaan Allah. Khotbah di bukit ini secara umum dianggap sebagai koleksi pengajaran etika yg paling komprehensif dalam kitab-kitab Injil, sarat dengan  teologi. Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etika orang Farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum Taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan Allah sudah dekat kepadamu (Luk 10:9). Di dalam injil sinoptik ini kita melihat etika kristen yang dikaitkan dengan hukum taurat dan juga dengan kerajaan Allah sendiri.
            Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia untuk menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti menjadi seseorang yang lebih baik dari yang lain. Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa yang menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Selanjutnya beberapa penekanan Yesus dalam ajaran-Nya mengenai etika Kristen sendiri mengandung beberapa prinsip-prinsip moral dan keputusan-keputusan etis diantaranya; kasih dan kebenaran merupakan suatu perintah agung yang harus dilakukan oleh orang Kristen dalam segala beluk kehidupannya. Paulus dalam semua tulisannya atau teologinya juga menjunjung tinggi mengenai etika atau moralitas, bahkan boleh dikata dasar teologinya ialah menyangkut moralitas sendiri bagi dia etika dan teologi sangat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dalam tulisannya ulasan teologis Paulus dilengkapi dengan ulasan mengenai moral/etis. Paulus juga memberi ulasan mengenai unsur yang kuat dalam ajaran etis bagi dia mengandung unsure paling utama yaitu kasih/agape.
            Selanjutnya berbicara mengenai etika social atau bagaiaman moralitas dalam kaitannya dengan masyarakat atau social kehidupan manusia. Karena manusia adalah mahluk social yang hidup harus berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya maka etika social haruslah terwujud dalam segi kehidupan umat manusia. Hal ini bersidat mendasar setelah penciptaan mengenai bagaimana manusia dengan kaitannya dengan lingkungan manusia sendiri pada saat itu.  Dalam kaitannya dengan lingkungan berbagai segi pekerjaan, tidak ada banyak Perjanjian Baru membicarakan mengenai pekerjaan dalam konteks umum pada saat itu. Yesus juga adalah seorang pekerja, paulus juga seorang pekerja baik itu secar mental ataupun secara pekerjaan tangan. Jadi berbicara mengenai pekerjaan dalam kaitannya dengan etika social haruslah terwujud, seperti kata Paulus dalam suratnya tyang ditulisnya bahwa siapa yang tidak bekerja janganlah ia makan. Selanjutnya berbicara mengenai masalah kemiskinan, dalam Perjanjian Baru kesejateraan social juga sering diungkapkan. Kehadiran Yesus pula dalam dunia ini sebagai orang miskin, atau bagian dari kemiskinan. Namun yang menjadi catatan utama dalam hal ini ialah mencakup mengenai kekayaan seorang bukan suatu standar untuk mengukur taraf kerohanian seseorang hal ini kaitannya dengan hidup yang diberkati. Masalah selanjutnya ialah masalah keadilan, keadilan ialah suatu tanggung jawab social. Hal ini berkaitan dengan etis yakni benara dan salah, keadilan sendiri merupakan harapan terbesar dari masyarakat social baik dalam ekonomi, pemerintahan dll. Sayangnya kita masih terjebak dalam keadilan dalam segi kuantiaias yakni harus seimbang dan sama rata dalam bentuk kuantitas atau jumlah bukan kualitas. Bisa jadi sesuatu tidak seimbang dalam hal kuantitas namun secara kualitatif hal itu proporsional dalam pembagaiannya atau penerapannya.  
            Etika Kristen menurut saya ialah bagaiman seseorang hidup menurut kaidah-kaidah Kristen sendiri. Berbicara mengenai etika dalam cabang-cabangnya dalam etika Kristen suatu etika yang kurang diperhatikan saat ini ialah etika lingkungan hidup. Kita seenaknya saja merusak alam yang dimana kita diberikan tanggung jawab untuk hidup dan menikmatinya. Etika lingkungan hidup kurang diperhatikan sekarang, pengkhotbah kebanyakan focus pada masalah sotereologi yaitu surge dan neraka sehingga mereka lupa lingkungan hidup sendiri inilah yang menjadi analisis saya. 

     Terima Kasih telah memebaca!!!
    Usulan Buku bacaan:

0 comments:

Post a Comment