tentang
"ETIKA
KRISTEN"
Istilah ‘etika’ berasal dari kata ethos (Yunani) yang artinya
pemukiman, perilaku, kebiasaan, adat. Etika adalah ilmu atau studi mengenai
norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Etika berbicara tantang apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia; tentang apa yang benar, baik dan tepat. Yang
tidak boleh dalam etika adalah yang salah, jahat dan tidak tepat. Etika Kristen adalah
suatu cabang ilmu teologi yang memajukan masalah
tentang apa yang
benar, baik dan tepat dari
sudut pandang kekristenan
Etika Kristen (PL dan PB) bersifat
teologis, yang hanya dapat dimengerti dalam konteks “anugerah” Allah. Titik tolok PL adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan tuntutan
perintahNya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat
manusia. Oleh karena itu, bentuk etika PL berkisar pada tindakan Allah dalam sejarah umatnya dan
juga yang menuntut respon yang serasi. Sama dgn etika PL,
etika PB dirancang untuk mereka yg sudah menyambut Injil dan berikrar utk
melayani Dia. Sebab itu, ajaran etika Yesus berakar dlm karyaNya sbg
Juruselamat. Contohnya adalah khotbah di bukit (Matius 5-7), yang oleh sebagian
ahli disebut sebagai undang-undang Kerajaan Allah.
Khotbah di bukit ini adalah
norma/ajaran etik yg hrs ditaati dan dipedomani oleh setiap orang yg sudah
diselamatkan dan hidup dalam Kerajaan
Allah. Khotbah di bukit ini secara umum dianggap sebagai koleksi pengajaran
etika yg paling komprehensif dalam kitab-kitab Injil, sarat dengan teologi. Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etika orang Farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum Taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat
dan kitab para nabi. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak
lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan
Allah sudah dekat kepadamu (Luk 10:9).
Di dalam injil sinoptik ini kita melihat etika kristen yang dikaitkan dengan
hukum taurat dan juga dengan kerajaan Allah sendiri.
Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia
untuk menjadi seorang manusia yang bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti
menjadi seseorang yang lebih baik dari yang lain.
Sebagai contoh, Yesus
mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu,
serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa yang menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh
satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Selanjutnya
beberapa penekanan Yesus dalam ajaran-Nya mengenai etika Kristen sendiri
mengandung beberapa prinsip-prinsip moral dan keputusan-keputusan etis
diantaranya; kasih dan kebenaran merupakan suatu perintah agung yang harus
dilakukan oleh orang Kristen dalam segala beluk kehidupannya. Paulus dalam
semua tulisannya atau teologinya juga menjunjung tinggi mengenai etika atau
moralitas, bahkan boleh dikata dasar teologinya ialah menyangkut moralitas
sendiri bagi dia etika dan teologi sangat tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain, dalam tulisannya ulasan teologis Paulus dilengkapi dengan ulasan
mengenai moral/etis. Paulus juga memberi ulasan mengenai unsur yang kuat dalam
ajaran etis bagi dia mengandung unsure paling utama yaitu kasih/agape.
Selanjutnya berbicara mengenai etika
social atau bagaiaman moralitas dalam kaitannya dengan masyarakat atau social
kehidupan manusia. Karena manusia adalah mahluk social yang hidup harus
berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya maka etika social haruslah
terwujud dalam segi kehidupan umat manusia. Hal ini bersidat mendasar setelah
penciptaan mengenai bagaimana manusia dengan kaitannya dengan lingkungan
manusia sendiri pada saat itu. Dalam
kaitannya dengan lingkungan berbagai segi pekerjaan, tidak ada banyak
Perjanjian Baru membicarakan mengenai pekerjaan dalam konteks umum pada saat
itu. Yesus juga adalah seorang pekerja, paulus juga seorang pekerja baik itu
secar mental ataupun secara pekerjaan tangan. Jadi berbicara mengenai pekerjaan
dalam kaitannya dengan etika social haruslah terwujud, seperti kata Paulus
dalam suratnya tyang ditulisnya bahwa siapa yang tidak bekerja janganlah ia
makan. Selanjutnya berbicara mengenai masalah kemiskinan, dalam Perjanjian Baru
kesejateraan social juga sering diungkapkan. Kehadiran Yesus pula dalam dunia
ini sebagai orang miskin, atau bagian dari kemiskinan. Namun yang menjadi
catatan utama dalam hal ini ialah mencakup mengenai kekayaan seorang bukan
suatu standar untuk mengukur taraf kerohanian seseorang hal ini kaitannya
dengan hidup yang diberkati. Masalah selanjutnya ialah masalah keadilan,
keadilan ialah suatu tanggung jawab social. Hal ini berkaitan dengan etis yakni
benara dan salah, keadilan sendiri merupakan harapan terbesar dari masyarakat
social baik dalam ekonomi, pemerintahan dll. Sayangnya kita masih terjebak
dalam keadilan dalam segi kuantiaias yakni harus seimbang dan sama rata dalam
bentuk kuantitas atau jumlah bukan kualitas. Bisa jadi sesuatu tidak seimbang
dalam hal kuantitas namun secara kualitatif hal itu proporsional dalam
pembagaiannya atau penerapannya.
Etika Kristen menurut saya ialah
bagaiman seseorang hidup menurut kaidah-kaidah Kristen sendiri. Berbicara
mengenai etika dalam cabang-cabangnya dalam etika Kristen suatu etika yang
kurang diperhatikan saat ini ialah etika lingkungan hidup. Kita seenaknya saja
merusak alam yang dimana kita diberikan tanggung jawab untuk hidup dan
menikmatinya. Etika lingkungan hidup kurang diperhatikan sekarang, pengkhotbah
kebanyakan focus pada masalah sotereologi yaitu surge dan neraka sehingga
mereka lupa lingkungan hidup sendiri inilah yang menjadi analisis saya.
Terima Kasih telah memebaca!!!
Usulan Buku bacaan:
Terima Kasih telah memebaca!!!
Usulan Buku bacaan:
0 comments:
Post a Comment