Wednesday, September 12, 2018

TAFSIRAN 1 KORINTUS 6:12-20



TAFSIRAN 1 KORINTUS 6:12-20
‘NASIHAT TERHADAP PERCABULAN’




LATAR BELAKANG KOTA  KORINTUS [1]
Korintus, tempat tinggal para pembaca Paulus, bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat kekuasaan politik, perdagangan, budaya dan kesenian. Kota ini relative baru, karena sebelumnya dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 146 sM, dan dibangun kembali oleh Julius Ceaser pada tahun 44sM. Kota ini yang terletak dileher sempit wilayah yang menghubungkan dataran Yunani dengan Peloponesos, berfungsi sebagai daerah penghubung antara Utara dan Selatan, maupun sebagai kota pelabuhan yang besar yang mempertautkan Timur dan Barat. Tahun 37 sM, Korintus menjadi pusat Provinsi Romawi, yaitu Akhaya, yang diperintah oleh seorang proconsul Romawi. Gubernur yang berkuasa ketika Paulus pertama kali mengunjungi kota Korintus adalah Galio (Kis.18:12-17). Sebagai kota pelabuhan, Korintus kembali menjadi sebuah metropolitan yang berkembang. Kota ini mengundang penduduk campuran dari atimur dan Barat. Peranannya sebagai kota pelabuhan menarik sisi-sisi yang kurang menggembirakan, yang seringkali dikaitkan dengan pelabuhan: kejahatan dan imoralitas seksual Korintus telah menjadi ungkapan bahasa, “Bertindak seperti orang Korintus” berarti menjadi seorang yang tidak bermoral.
Seperti kota-kota besar lainnya didunia Yunani-Romawi, Korintus adalah tempat berkembangnya pemujaan dewa-dewi. Dewa-dewi kuno dari Timur bersaing dengan dewa-dewa Romawi dan Yunani, seperti Afrodit dan Apolo, yang disembah di kuil-kuil utama di kota itu. Dalam segi budaya, bahasa, dan agama, Korintus adalah tempat meleburnya Timur dan Barat.
LATAR BELAKANG 1 KORINTUS 6:12-20
Diperikop ini Rasul paulus membahas tentang beratnya dosa percabulan atau ketidakmurnian. Kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat sebelum kedatangan Yesus (Roma 1:18-22) telah mengakibatkan beberapa bangsa pagan kehilangan perasaan berdosa dalam hal dosa seksual. Oleh sebab itu Rasul Paulus kerap mengingatkan beratnya dosa ini kepada orang-orang Kristen yang dilakirkan sebagai bangsa pagan (Kis 15:29, 1 Tes 4:3-5).
Situasi di Korintus juga cukup serius. Sebagai kota pelabuhan, kota ini terkenal sebagai tempat persinggahan dan marak dengan dosa seksual. Banyak orang di Korintus menyembah dewi Aphrodite, dan pelaciuran dipandang sebagai konsekrasi terhadap dewi tersebut. Itulah sebabnya Rasul paulus mengingatkan kepada jemaat di korintus yang berasal dari masyarakat pagan ini akan seriusnya dosa percabulan, dan menolak alaan apapun untk dibenarkannya (ayt 12-14). Rasul Paulus menjelaskannya mengapa dosa tersbut menentang Kristus (ayt 15-18) dan Roh Kudus (ayt 19-20).
TAFSIRAN 1 KORINTUS 6:12-20
Ayat 12 : segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tatapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
Segala sesuatu halal bagiku, ini merupakan dan mungkin sebuah semboyan/ slogan orang-orang Korintus, yang sama artinya dengan “saya bebas untuk melakukan apa-apa.[2] Semboyan ini membenarkan tingkah laku mereka yang ciut/kecil. Kebebasan bukan berarti mendapat izin untuk segala sesuatu. Berguna, yaitu bagi menyerupai Kristus,. Hanya perbuatan yang dilakukan karena kasihlah yang membangun yang berguna. [3] orang dapat menggunakan kebebasan sedemikian rupa sehingga ia menjadi diperbudak oleh nafsunya. Kata segala segala sesuatu dalam Kitab Yunani adalah panta,  yang artinya segalanya, dalam segala hal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya satu kesatuan dari perbuatan atau hal-hal, bila dibandingkan dengan pernyataan Paulus tersebut.kata segala sesuatu halal bagiku ini merupakan suatu ucapan Paulus yang disalahgunakan oleh orang Korintus yang menganggap dirinya bebas terhadap segala aturan.
Apakah maksud perkataan Paulus dalam ayat 12: “segala sesuatu halal bagiku”? Kita dapat menjawabnya: “Segala sesuatu baik bagi kita”. Kita harus mengerti  keadaan orang-orang yang ada di Kota Korintus. Kesalahan itu dalam jemaat itu adalah bahwa mereka sudah terengaruh oleh hawa nafsu Kota Korintus dalam hal ini sangat berbahaya. Pekerjaan jemaat Kristus seharusnya bukanlah menuruti hawa nafsu dunia, melainkan memperbaiki kesalahan orang yang mengikuti hawa nafsu itu. Rasul Paulus sering berbicara tentang Taurat orang Yahudi dan tentang makanan yang halal dan yang tidak halal. Mungkin perkataan “Segala sesuatu halal bagiku” yang sering diucapkan Paulus berhubungan dengan makanan dan sebagainya. Beberapa orang dalam jemaat telah berselisih mengenai perbuatan-perbuatan yang biasa di lakukan oleh orang-orang Yunani dan orang-orag Romawi. Menurut mereka, percabulan juga termasuk perbuatan yang halal. Mereka mengatakan bahwa percabulan itu tidak salah, karena sama dengan makanan. Mereka mempersoalkan bahwa semua makanan baik untuk perut, karena itu mereka  juga boleh memakan segala macam makanan. Dan masalah itu sama dengan percabulan. Paulus menjawab meraka bahwa kebebasab orang Kristen harus di batasi hanya dalam perbuatan-perbuatan yang baik saja. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada hubungan antara perut untuk makan dan tubuh untuk percabulan. Makanan sendiri itu baik, tetapi perzinaan atau percabulan adalah dosa.  
Selain itu, ada orang yang menerjemahkan perkataan dalam ayat 12a itu sebagai berikut, “Segala Sesutu ada di dalam kuasaku”. Tetapi sebenarnya tidak semua yang halal itu berfaedah dan tidak semua yang ada dalam kuasa kita itu berfaedah. Paulus berkata bahwa ia tidak mau di perhamba atau di kuasai oleh satu apa pun. Paulus lebih suka menguasai kehidupannya dan menjadi tuan atas kehidupannya, dan bukan di perhamba oleh dosa . selain itu, kita bersalah jika kita melakuakan hal yang merusak diri kita sendiri atau yang menyakiti orang lain. Mengenai ajaran yang berfaeda ini di jelaskan oleh rasul Paulus dalam Roma 14:15-23; 1 Korintus 8:7-13; 1 Korintus 10:23-33. Kita harus menjaga kehormatan diri kita sendiri.[4]
Ayat 13: Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Makanan adalah untuk perut. Perbandingan yang terkandung didalamnya ialah bahwa seks adalah hal yang kodrati, yang fana, sama seperti makanan. Paulus menjawab bahwa Allah bukan membuat tubuh untuk percabulan atau untuk memberi kepuasan seksual seperti halnya Ia memberikan perut untuk makanan belaka. Bagi Paulus tubuh memiliki arti yang jauh lebih mulia drai pada hal-hal yang jasmani saja. Seperti halnya perut, menuntut makanan bagi tugasnya yang patut, demikianlah “tubuh” menuntut Tuhan untuk memenuhi maksud yang dikehendaki Allah baginya yaitu pelayanan dan pengorbanan (Flp 1:20, Ibr 10:5) dan dapat mendapatkan kepuasan yang sebenarnya hanya didalam Dia (Yoh 6:54). [5] Dalam ayat 13 ini, Paulus melawan pendapat bahwa percabulan adalah sebauh kebutuhan alamiah sama seperti makanan-minuman. Paulus menandaskan bahwa kebutuhan makanan minuman terkait pada dunia ini, sehingga akan lenyap bersama dengannya. Sedangkan hidup seksual  menyangkut persekutuan dengan Kristus sehingga harus sesuai dengan orang yang manjadi anggota Kristus (Efesus 5:21-33. Kata percabulan ini dituluskan dalam Kitab yunani adalah Porneia berarti melakukan pelacuran. Ini menegaskan pernyataan-pernyataan diatas bahwa orang-orang Korintus telah menyalahgunakan atau salah tafsir dengan aturan-aturan Kristen mereka melakukan kedagingan yang telah jelas dibenci Tuhan, yakni pelacuran.
Ayat 14: Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Tubuh jasmani sekarang  ini harus dinilai dan dipakai secara wajar (2 Kor 5:10). Sebagai tubuh yang sudah dibangkitkan tubuh itu masih akan diperlukan bagi maksud Allah. [6] Tubuh kita dijadikan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Karena itu, tubuh kita akan dihidupkan kembali oleh Roh Allah dan akan turut ambil bagian dalam keselamatan kita. Sebagaimana Allah telah membangkitkan Tuhan Yesus, demikian juga Ia akan membangkitkan tubuh kita oleh RohNya(Roma 8:11). [7] Paulus menolak pemahaman yang dualistik tentang manusia dimana tubuh tidak mempunyai nilai rohani. Baginya tubuh bukanlah semata-mata bagian dari manusia yang dapat rusak, melainkan mewakili manusia itu sendiri. Paulus menolak untuk memisahkan kehidupan rohani dari keberadaan dan tindakan-tindakan fisik seseorang. Jadi ia dapat mengatakan “supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati “(Roma 12:1). 
Ayat 15 : Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
Paulus mengembangkan gagasan tentang orang Kristen  sebagai tubuh Kristus. Tubuh kita adalah anggota Kristus, karena itu ada hubungan yang erat sekali antara kita dan Tuhan. Tubuh kita adalah anggota Kristus dan manjadi milik Kristus karena telah ditebus Kristus dengan darahNya. Selain itu, tubuh kita mendapat hidup dari Kristus. Kristus ialah hidup kita baik bagi jiwa dan roh, maupun bagi tubuh kita. Kita tidak dapat menjadi anggota Kristus atau menjadi satu dengan Kristus, dan pada waktu yang sama menjadi satu dengan orang cabul. Kita tidak dapat menerima hidup Kristus sementara kita masih hidup dengan Belial. (“Belial” selalu dipakai untuk orang yang durhaka dan jahat, 2 Korintus 6:15). Demikian pula kita tidak dapat menjadi anggota Kristus dan pada waktu yang sama menjadi anggota yang cabul.[8]
Ayat 16: atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikat dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas “keduanya akan menjadi satu daging.
Menjadi satu daging dalam ayat ini sama artinya dengan menjadi satu daging yang terdapat dalam Kejadian 2:24 tentang perkawinan. Siapa yang mengikat dirinya dengan perempuan cabul berarti ia menjadi satu tubuh dengan dia. Dala artian dua orang menjadi satu dan itulah yang terjadi dalam perkawinan.[9]
Ayat 17: tetapi siapa yang mengikat dirinya pada Tuhan, menjadi satu Roh dengan Dia.
Mengikatkan dirinya pada Tuhan berarti menjadi satu roh dengan Dia. Satu roh berlawanan dengan “satu daging” dalam ayat 16. Ikatan dengan Kristus, sudah tentu, bukanlah ikatan yang sama seperti yang terjadi didalam perkawinan. Tuhan itu satu dengan Roh (2 kor 3:17). Dan orang Kristen mempunyai Roh (ayt 19). Paulus dapat mengatakan bahwa orang-orang percaya dan Kristus merupakan satu “tubuh”, tetapi ada kesatuan yang terjadi hanya melalui Roh yang bekerja melalui Injil dan sakramen-akramen. Jadi, kita berbicara mengenai kesatuan sacramental bersama dengan Tuhan.  [10] Selain itu, menjadi satu (ayt 17) berarti harafiah dilekatkan. Manjadi satu roh artinya tubuh dan kepribadian orang Kristen diawasi oleh Roh Kudus, suatu keadaan yang disebabkan karena karya Tuhan. [11]
Ayat 18: jauhkan dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Jauhkanlah dirimu dari percabulan maksudnya sikap dan reaksi yang tetap yang harus terus-menerus (10:14, 1 Tes 4:3). Mencela saja belum cukup yang dituntut ialah perbuatan menghindarinya. Setiap dosa lain terhadap tubuh (kerakusan, mabuk), menggunakan apa yang datang dari luar tubuh. Kegemaran seksual timbul dari dalam. Yang lain itu jahat dalam akses-aksesnya. Tapi ini adalah jahat dalam dirinya sendiri. Terhadap dirinya sendiri, hal terhadap tubuhnya, yaitu kepribadiannya. [12]
Ayat 19: atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Tubuh kita adalah bat Roh Kudus. Tiap-tiap bait mempunyai dua sifat: a. “kudus” sebab bait itu adalah tempat kediaman Allah dan tidak boleh dinajiskan orang. Bait itu adalah milik Tuhan. Kedua sifat ini harus ada pada tubuh kita, orang percaya kepada Tuhan yesus. Tubuh kita adalah bait Allah sebab Roh Kudus mendiami kita dan sebab kita bukan milik kita sendiri. Kita masing-masing menjadi milik Allah, sebab bait ini adalah milik Allah, dan hanya boleh dipakai untuk maksud-maksud yang ditentukan oleh Allah sendiri. [13]
Ayat 20 : sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Dibeli, menunjuk kepada perbuatan Kristus, satu kali dan  untuk semua dan yang paling menentukan, yang terjadi Salib. Pembebasan kita oleh Kristus dari perbudakan dosa bukanlah khayalan yang saleh, melankan dengan harga korbanNya (1 Pet 1:18,19, Gal 5:1, Tit 2:14).Muliakanlah Allah, bukan hanya menaha diri dari percabulan karena tubuhmu, yaitu seluruh pribadimu harus dipakai secara positif dalam pelayanan Kristen (Rm 12:1). Selain itu, menurut John Wesley sebab kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! Karena itu hendaklah kita memmelihara kekudusan tubuh kita serta menyerahkannya untuk maksud Tuhan yang mulia, karena itu kita tidak boleh menghina atau menajiskan Kristus dengan melakukan dosa percabulan.[14]

KESIMPULAN :
Tubuh ini bukan untuk percabulan atau dosa-dosa seks lainnya, juga bukan untuk melakukan dosa lain. Selain milik Allah kita memakai tubuh ini untuk melakukan kehendak Allah sehingga kita ada dalam kehendak dan rencanaNya. Kebebasan yang sudah kita terima melalui Kristus bukan berarti kita boleh sesuka hati memakai hidup dan tubuh kita in, tetapi kebebasan yang sudah diperoleh kita pakai hanya untuk memuliakan Tuhan sesuai dengan Firman Tuhan. Selain itu Allah sangat menghormati tubuh kita, hal ini dibuktikan dengan penebusan dan jaminan kebangkitan maka kita pun seharusnya menghormati tubuh kita, kita harus menjaganya dari semua dosa terutama dari dosa-dosa yang langsung bersentuhan dengan tubuh kita misalnya, percabulan (6:18) “orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri”. Orang Kristen yang masih terjebak pada percabulan adalah orang-orang yang tidak menghargai tubuhnya sebagaimana Tuhan menghargai hal itu, kalau Tuhan sudah melakukan segala sesuatu untuk tubuh kita (pasal 6:13c), maka sepatutnya kita pun harus menghargai tubuh kita sebagai baitNya.

Terima Kasih Telah Membaca


 
DAFTAR PUSTAKA

Guthrie.D. dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu . Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2013.
Pfitzner, V.C. Ulasan atas 1 Kotintus, Kesatuan dalam Kepelbagaian. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2008.
Wesley Brill J. Tafsiran Surat Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2003.













[1] V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Kotintus, Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm 1-2.
[2] V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Kotintus, Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm 98.
[3] D.Guthrie,dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), hlm 489.
[4] J. Wesley Brill,  Tafsiran Surat Korintus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003),hlm 128.
[5] Guthrie, hlm 489
[6] Guthrie, hlm 490.
[7] J. Wesley Brill, hlm 130.
[8] Ibid, hlm 130.
[9] V.C. Pfitzner, hlm 102.
[10] V.C. Pfitzner, hlm 102-103.
[11] Guthrie, hlm 490.
[13] J. Wesley Brill, hlm 131.
[14] J. Wesley Brill, hlm 132.

0 comments:

Post a Comment