TAFSIRAN 1 KORINTUS 6:12-20
‘NASIHAT TERHADAP PERCABULAN’
LATAR BELAKANG KOTA KORINTUS [1]
Korintus,
tempat tinggal para pembaca Paulus, bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal
sebagai pusat kekuasaan politik, perdagangan, budaya dan kesenian. Kota ini relative
baru, karena sebelumnya dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 146 sM,
dan dibangun kembali oleh Julius Ceaser pada tahun 44sM. Kota ini yang terletak
dileher sempit wilayah yang menghubungkan dataran Yunani dengan Peloponesos,
berfungsi sebagai daerah penghubung antara Utara dan Selatan, maupun sebagai
kota pelabuhan yang besar yang mempertautkan Timur dan Barat. Tahun 37 sM,
Korintus menjadi pusat Provinsi Romawi, yaitu Akhaya, yang diperintah oleh
seorang proconsul Romawi. Gubernur yang berkuasa ketika Paulus pertama kali
mengunjungi kota Korintus adalah Galio (Kis.18:12-17). Sebagai kota pelabuhan,
Korintus kembali menjadi sebuah metropolitan yang berkembang. Kota ini
mengundang penduduk campuran dari atimur dan Barat. Peranannya sebagai kota
pelabuhan menarik sisi-sisi yang kurang menggembirakan, yang seringkali
dikaitkan dengan pelabuhan: kejahatan dan imoralitas seksual Korintus telah
menjadi ungkapan bahasa, “Bertindak seperti orang Korintus” berarti menjadi
seorang yang tidak bermoral.
Seperti
kota-kota besar lainnya didunia Yunani-Romawi, Korintus adalah tempat
berkembangnya pemujaan dewa-dewi. Dewa-dewi kuno dari Timur bersaing dengan
dewa-dewa Romawi dan Yunani, seperti Afrodit dan Apolo, yang disembah di kuil-kuil
utama di kota itu. Dalam segi budaya, bahasa, dan agama, Korintus adalah tempat
meleburnya Timur dan Barat.
LATAR BELAKANG 1 KORINTUS 6:12-20
Diperikop
ini Rasul paulus membahas tentang beratnya dosa percabulan atau ketidakmurnian.
Kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat sebelum kedatangan Yesus (Roma
1:18-22) telah mengakibatkan beberapa bangsa pagan kehilangan perasaan berdosa
dalam hal dosa seksual. Oleh sebab itu Rasul Paulus kerap mengingatkan beratnya
dosa ini kepada orang-orang Kristen yang dilakirkan sebagai bangsa pagan (Kis
15:29, 1 Tes 4:3-5).
Situasi
di Korintus juga cukup serius. Sebagai kota pelabuhan, kota ini terkenal
sebagai tempat persinggahan dan marak dengan dosa seksual. Banyak orang di
Korintus menyembah dewi Aphrodite, dan pelaciuran dipandang sebagai konsekrasi
terhadap dewi tersebut. Itulah sebabnya Rasul paulus mengingatkan kepada jemaat
di korintus yang berasal dari masyarakat pagan ini akan seriusnya dosa
percabulan, dan menolak alaan apapun untk dibenarkannya (ayt 12-14). Rasul
Paulus menjelaskannya mengapa dosa tersbut menentang Kristus (ayt 15-18) dan
Roh Kudus (ayt 19-20).
TAFSIRAN
1 KORINTUS 6:12-20
Ayat
12 : segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu
halal bagiku, tatapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
Segala sesuatu halal bagiku, ini merupakan dan mungkin
sebuah semboyan/ slogan orang-orang Korintus, yang sama artinya dengan “saya
bebas untuk melakukan apa-apa.[2]
Semboyan ini membenarkan tingkah laku mereka yang ciut/kecil. Kebebasan bukan
berarti mendapat izin untuk segala sesuatu. Berguna, yaitu bagi
menyerupai Kristus,. Hanya perbuatan yang dilakukan karena kasihlah yang
membangun yang berguna. [3]
orang dapat menggunakan kebebasan sedemikian rupa sehingga ia menjadi
diperbudak oleh nafsunya. Kata segala segala sesuatu dalam Kitab Yunani adalah panta, yang artinya segalanya, dalam segala hal. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya satu kesatuan dari perbuatan atau hal-hal, bila
dibandingkan dengan pernyataan Paulus tersebut.kata segala sesuatu halal bagiku
ini merupakan suatu ucapan Paulus yang disalahgunakan oleh orang Korintus yang
menganggap dirinya bebas terhadap segala aturan.
Apakah
maksud perkataan Paulus dalam ayat 12: “segala sesuatu halal bagiku”? Kita
dapat menjawabnya: “Segala sesuatu baik bagi kita”. Kita harus mengerti keadaan orang-orang yang ada di Kota
Korintus. Kesalahan itu dalam jemaat itu adalah bahwa mereka sudah terengaruh
oleh hawa nafsu Kota Korintus dalam hal ini sangat berbahaya. Pekerjaan jemaat
Kristus seharusnya bukanlah menuruti hawa nafsu dunia, melainkan memperbaiki
kesalahan orang yang mengikuti hawa nafsu itu. Rasul Paulus sering berbicara
tentang Taurat orang Yahudi dan tentang makanan yang halal dan yang tidak
halal. Mungkin perkataan “Segala sesuatu halal bagiku” yang sering diucapkan
Paulus berhubungan dengan makanan dan sebagainya. Beberapa orang dalam jemaat
telah berselisih mengenai perbuatan-perbuatan yang biasa di lakukan oleh orang-orang
Yunani dan orang-orag Romawi. Menurut mereka, percabulan juga termasuk
perbuatan yang halal. Mereka mengatakan bahwa percabulan itu tidak salah,
karena sama dengan makanan. Mereka mempersoalkan bahwa semua makanan baik untuk
perut, karena itu mereka juga boleh
memakan segala macam makanan. Dan masalah itu sama dengan percabulan. Paulus
menjawab meraka bahwa kebebasab orang Kristen harus di batasi hanya dalam
perbuatan-perbuatan yang baik saja. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada hubungan
antara perut untuk makan dan tubuh untuk percabulan. Makanan sendiri itu baik,
tetapi perzinaan atau percabulan adalah dosa.
Selain
itu, ada orang yang menerjemahkan perkataan dalam ayat 12a itu sebagai berikut,
“Segala Sesutu ada di dalam kuasaku”. Tetapi sebenarnya tidak semua yang halal
itu berfaedah dan tidak semua yang ada dalam kuasa kita itu berfaedah. Paulus
berkata bahwa ia tidak mau di perhamba atau di kuasai oleh satu apa pun. Paulus
lebih suka menguasai kehidupannya dan menjadi tuan atas kehidupannya, dan bukan
di perhamba oleh dosa . selain itu, kita bersalah jika kita melakuakan hal yang
merusak diri kita sendiri atau yang menyakiti orang lain. Mengenai ajaran yang
berfaeda ini di jelaskan oleh rasul Paulus dalam Roma 14:15-23; 1 Korintus
8:7-13; 1 Korintus 10:23-33. Kita harus menjaga kehormatan diri kita sendiri.[4]
Ayat
13: Makanan adalah untuk perut dan
perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh
bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Makanan adalah untuk perut. Perbandingan yang terkandung
didalamnya ialah bahwa seks adalah hal yang kodrati, yang fana, sama seperti
makanan. Paulus menjawab bahwa Allah bukan membuat tubuh untuk percabulan atau
untuk memberi kepuasan seksual seperti halnya Ia memberikan perut untuk makanan
belaka. Bagi Paulus tubuh memiliki arti yang jauh lebih mulia drai pada hal-hal
yang jasmani saja. Seperti halnya perut, menuntut makanan bagi tugasnya yang
patut, demikianlah “tubuh” menuntut Tuhan untuk memenuhi maksud yang
dikehendaki Allah baginya yaitu pelayanan dan pengorbanan (Flp 1:20, Ibr 10:5)
dan dapat mendapatkan kepuasan yang sebenarnya hanya didalam Dia (Yoh 6:54). [5]
Dalam ayat 13 ini, Paulus melawan pendapat bahwa percabulan adalah sebauh
kebutuhan alamiah sama seperti makanan-minuman. Paulus menandaskan bahwa
kebutuhan makanan minuman terkait pada dunia ini, sehingga akan lenyap bersama
dengannya. Sedangkan hidup seksual
menyangkut persekutuan dengan Kristus sehingga harus sesuai dengan orang
yang manjadi anggota Kristus (Efesus 5:21-33. Kata percabulan ini dituluskan
dalam Kitab yunani adalah Porneia berarti
melakukan pelacuran. Ini menegaskan pernyataan-pernyataan diatas bahwa
orang-orang Korintus telah menyalahgunakan atau salah tafsir dengan aturan-aturan
Kristen mereka melakukan kedagingan yang telah jelas dibenci Tuhan, yakni
pelacuran.
Ayat 14: Allah, yang membangkitkan Tuhan,
akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Tubuh jasmani sekarang ini harus dinilai dan dipakai secara wajar (2
Kor 5:10). Sebagai tubuh yang sudah dibangkitkan tubuh itu masih akan
diperlukan bagi maksud Allah. [6]
Tubuh kita dijadikan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Karena itu, tubuh kita akan
dihidupkan kembali oleh Roh Allah dan akan turut ambil bagian dalam keselamatan
kita. Sebagaimana Allah telah membangkitkan Tuhan Yesus, demikian juga Ia akan
membangkitkan tubuh kita oleh RohNya(Roma 8:11). [7]
Paulus menolak pemahaman yang dualistik tentang manusia dimana tubuh tidak mempunyai
nilai rohani. Baginya tubuh bukanlah semata-mata bagian dari manusia yang dapat
rusak, melainkan mewakili manusia itu sendiri. Paulus menolak untuk memisahkan
kehidupan rohani dari keberadaan dan tindakan-tindakan fisik seseorang. Jadi ia
dapat mengatakan “supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang
sejati “(Roma 12:1).
Ayat 15 : Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah
anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada
percabulan? Sekali-kali tidak!
Paulus mengembangkan gagasan tentang orang Kristen sebagai tubuh Kristus. Tubuh kita adalah
anggota Kristus, karena itu ada hubungan yang erat sekali antara kita dan
Tuhan. Tubuh kita adalah anggota Kristus dan manjadi milik Kristus karena telah ditebus Kristus dengan darahNya. Selain
itu, tubuh kita mendapat hidup dari Kristus. Kristus ialah hidup kita baik bagi
jiwa dan roh, maupun bagi tubuh kita. Kita tidak dapat
menjadi anggota Kristus atau menjadi satu dengan Kristus, dan pada waktu yang
sama menjadi satu dengan orang cabul. Kita tidak dapat menerima hidup Kristus
sementara kita masih hidup dengan Belial. (“Belial” selalu dipakai untuk orang
yang durhaka dan jahat, 2 Korintus 6:15). Demikian pula kita tidak dapat
menjadi anggota Kristus dan pada waktu yang sama menjadi anggota yang cabul.[8]
Ayat 16: atau tidak tahukah kamu,
bahwa siapa yang mengikat dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh
dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas “keduanya akan menjadi satu daging.
Menjadi
satu daging dalam ayat ini sama artinya dengan menjadi satu daging yang
terdapat dalam Kejadian 2:24 tentang perkawinan. Siapa yang mengikat dirinya
dengan perempuan cabul berarti ia menjadi satu tubuh dengan dia. Dala artian
dua orang menjadi satu dan itulah yang terjadi dalam perkawinan.[9]
Ayat 17: tetapi siapa yang mengikat
dirinya pada Tuhan, menjadi satu Roh dengan Dia.
Mengikatkan
dirinya pada Tuhan berarti menjadi satu roh dengan Dia. Satu roh berlawanan
dengan “satu daging” dalam ayat 16. Ikatan dengan Kristus, sudah tentu,
bukanlah ikatan yang sama seperti yang terjadi didalam perkawinan. Tuhan itu
satu dengan Roh (2 kor 3:17). Dan orang Kristen mempunyai Roh (ayt 19). Paulus
dapat mengatakan bahwa orang-orang percaya dan Kristus merupakan satu “tubuh”,
tetapi ada kesatuan yang terjadi hanya melalui Roh yang bekerja melalui Injil
dan sakramen-akramen. Jadi, kita berbicara mengenai kesatuan sacramental
bersama dengan Tuhan. [10]
Selain itu, menjadi satu (ayt 17) berarti harafiah dilekatkan. Manjadi satu roh
artinya tubuh dan kepribadian orang Kristen diawasi oleh Roh Kudus, suatu
keadaan yang disebabkan karena karya Tuhan. [11]
Ayat 18: jauhkan dirimu dari
percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya.
Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Jauhkanlah
dirimu dari percabulan maksudnya sikap dan reaksi yang tetap yang harus
terus-menerus (10:14, 1 Tes 4:3). Mencela saja belum cukup yang dituntut ialah
perbuatan menghindarinya. Setiap dosa lain terhadap tubuh (kerakusan, mabuk),
menggunakan apa yang datang dari luar tubuh. Kegemaran seksual timbul dari
dalam. Yang lain itu jahat dalam akses-aksesnya. Tapi ini adalah jahat dalam
dirinya sendiri. Terhadap dirinya sendiri, hal terhadap tubuhnya, yaitu
kepribadiannya. [12]
Ayat 19: atau tidak tahukah kamu,
bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Tubuh
kita adalah bat Roh Kudus. Tiap-tiap bait mempunyai dua sifat: a. “kudus” sebab
bait itu adalah tempat kediaman Allah dan tidak boleh dinajiskan orang. Bait
itu adalah milik Tuhan. Kedua sifat ini harus ada pada tubuh kita, orang
percaya kepada Tuhan yesus. Tubuh kita adalah bait Allah sebab Roh Kudus
mendiami kita dan sebab kita bukan milik kita sendiri. Kita masing-masing
menjadi milik Allah, sebab bait ini adalah milik Allah, dan hanya boleh dipakai
untuk maksud-maksud yang ditentukan oleh Allah sendiri. [13]
Ayat 20 : sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Dibeli,
menunjuk kepada perbuatan Kristus, satu kali dan untuk semua dan yang paling menentukan, yang
terjadi Salib. Pembebasan kita oleh Kristus dari perbudakan dosa bukanlah
khayalan yang saleh, melankan dengan harga korbanNya (1 Pet 1:18,19, Gal 5:1,
Tit 2:14).Muliakanlah Allah, bukan
hanya menaha diri dari percabulan karena tubuhmu, yaitu seluruh pribadimu harus
dipakai secara positif dalam pelayanan Kristen (Rm 12:1). Selain itu, menurut
John Wesley sebab kita telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Karena itu hendaklah kita memmelihara kekudusan tubuh kita serta menyerahkannya
untuk maksud Tuhan yang mulia, karena itu kita tidak boleh menghina atau
menajiskan Kristus dengan melakukan dosa percabulan.[14]
KESIMPULAN :
Tubuh
ini bukan untuk percabulan atau dosa-dosa seks lainnya, juga bukan untuk
melakukan dosa lain. Selain milik Allah kita memakai tubuh ini untuk melakukan
kehendak Allah sehingga kita ada dalam kehendak dan rencanaNya. Kebebasan yang
sudah kita terima melalui Kristus bukan berarti kita boleh sesuka hati memakai
hidup dan tubuh kita in, tetapi kebebasan yang sudah diperoleh kita pakai hanya
untuk memuliakan Tuhan sesuai dengan Firman Tuhan. Selain itu Allah sangat menghormati
tubuh kita, hal ini dibuktikan dengan penebusan dan jaminan kebangkitan maka
kita pun seharusnya menghormati tubuh kita, kita harus menjaganya dari semua
dosa terutama dari dosa-dosa yang langsung bersentuhan dengan tubuh kita
misalnya, percabulan (6:18) “orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap
dirinya sendiri”. Orang Kristen yang masih terjebak pada percabulan adalah
orang-orang yang tidak menghargai tubuhnya sebagaimana Tuhan menghargai hal
itu, kalau Tuhan sudah melakukan segala sesuatu untuk tubuh kita (pasal 6:13c),
maka sepatutnya kita pun harus menghargai tubuh kita sebagai baitNya.
Terima Kasih Telah Membaca
DAFTAR PUSTAKA
Guthrie.D. dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3
Matius-Wahyu .
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
2013.
Pfitzner, V.C. Ulasan
atas 1 Kotintus, Kesatuan dalam Kepelbagaian. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
2008.
Wesley Brill J. Tafsiran
Surat Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2003.
[1]
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1
Kotintus, Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008),
hlm 1-2.
[2] V.C.
Pfitzner, Ulasan atas 1 Kotintus,
Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm 98.
[3] D.Guthrie,dkk,
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), hlm 489.
[8] Ibid, hlm 130.
[9]
V.C. Pfitzner, hlm 102.
[10] V.C. Pfitzner, hlm 102-103.
[11] Guthrie, hlm 490.
[12] Diunduh dari http://googleweblight.com/?lite_url=http://GBIkapernaumjembrana:Tafsir1Kor6:12-20.com,
pada tanggal 25 Oktober 2015.
[13]
J. Wesley Brill, hlm 131.
[14]
J. Wesley Brill, hlm 132.
0 comments:
Post a Comment